Tuliskancerpen tentang meraih cita cita!!! Tolong di bantuyahh - 12499431 Fahnurr Fahnurr 02.10.2017 B. Indonesia Tuliskan lah pidato yang bertema tentang Hari Kebangkitan NasionalDengan singkat padat jelas dan mudah di ingat buatlah dongeng buaya, kerbau, kelincihrs pake karakterbuaya : sifatnya rakus dan licikkerbau : sifatnya cerdik dan
Tentangpentingnya giat untuk mencapai cita-cita pentingnya kepedulian kita kepada orang lain bila cita-cita kita sudah tercapai. b. Guru memberikan tugas mandiri terstruktur: "Buatlah suatu karya yang berhubungan cita-citamu (sesuai bakat/minatmu); misalnya: puisi tentang cita-citamu; cerita bergambar, cerpen, lagu, dll.
cerpenparafrase Kamis, 22 Mei 2014. bondan waktu. Yeah.. speakin' about the time.. ough.. Titz: Yo.. Ini sepotong kisah, tentang perjalanan.. seorang insan, menapaki jejak kehidupan. Dia lahir ke dunia , dari keluarga.. tidak miskin, ia berhasil meraih sebagian kecil dari sekian banyak cita-cita yang ingin ia raih, tak lupa ia bersyukur
cash.
Cerpen Karangan WardditaKategori Cerpen Keluarga Lolos moderasi pada 1 November 2015 Kukuruyuukk!! kukuruyuuukk!! kukuruyuuukk!! Seperti biasa ayam jantannya Putra berkokok jam 4 pagi, tidak punya jam alarm, ayam jantan pun jadi, Putra bangun menurut kokokan ayamnya. âHuuaahh, hemmzz. Zzz, Zzzâ âpoaaagg!!!â Putra terjatuh dari tempat tidurnya . âSialan aku jatuh, uhhh saki, uaaah, hmmmm nyam, nyam, nyam,â Teng! Teng! Teng! suara pintu seng Putra, yang diketok Ibunya. âPutra? Putra? Ada apa nak? Ibu dengar ada suara yang jatuhâ Putra, âgak apa ada bu, heheâ tersenyum sambil berdiri âapa? Ngomong yang bener nak,â jelas Ibunya lagi. âups maksudnya tidak ada apa-apa bu,â jawab Putra yang menjelaskan. Ibu âapa? Buah jambu? Manaâmana? Ibu suka buah jambu. Nanti Ibu bikini rujak.â Putra pun meninggalkan Ibunya keluar rumah mengambil kayu bakar yang dikumpulkan kemarin sore untuk dipakai memasak hari ini. âSialaaaan, masa sih? dalam rumah ada jambu, udah tua, budek lagiâ dalam hati Putra yang kecewa memiliki Ibu yang budek, tapi Putra selalu berdoa kepada Tuhan, walaupun Ibunya sudah tua tapi ia selalu mendoakan semoga Ibunya selalu selamat dalam lindungan Tuhan dan diberikan umur yang panjang untuk selalu menemani Putra. Putra adalah anak yang miskin tinggal di bawah lereng bukit yang berbatuan, walaupun itu sangat berbahaya, tetapi apalah, itu tempat tinggal Putra satu satunya. Putra sebenarnya adalah anak yang sangat cerdas dalam bidang apapun, Putra juga memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk menjadi anak yang sukses, dan bisa membuat keluarganya bahagia. Hanya Putralah harapan bagi keluarganya untuk merubah nasib. Putra lulusan anak SMP, sewaktu ia masih duduk di SMP, ia selalu mendapat juara umum dan termasuk murid yang berprestasi di provinsi. Tetapi karena faktor ekonomi yang tidak mendukung, akhirnya Putra tidak melanjutkan sekolah lagi. Dan kini Putra menjadi anak petani yang meniru jejak Ayahnya. Kini umur Putra adalah 16 tahun. Walaupun dia hidup 1 keluarga di rumah itu dan tidak ada tetangga, tetapi Putra tidak pernah merasa kesepian. Karena Putra anak yang pintar pastinya memiliki banyak cara untuk menghibur dirinya, yaitu antara lain, bermain seruling di pinggir sungai sambil memancing dan menggembala sapinya. Putra pulang sore hari dengan membawa ikan pancingannya di sungai dan membawa kayu bakar untuk besok. Putra pulang ke rumah biasanya tampak kelihatan ceria, tetapi kali ini Ayahnya melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh Putra. âPutra anakku? Kemarilah!â suruh Ayahnya. âAda apa yah?â Jawab Putra lemas. âkemari mendekatlah nak. Ayah dan Ibu mau berbicara denganmu nak..â sahut Ibunya menjelaskan. Putra pun mendekati kedua orangtuanya dengan langkah yang amat lesu. âada apa denganmu hari ini nak?â Tanya Ayahnya. âtidak ada apa yah, aku hanya kecapean aja yah, jadi aku butuh istirahat.â âtapi Ibu lihat kamu tampak lesu yang tak mempunyai semangat. Ingat tra? Hanya kamu anak Ibu satu-satunya, jika ada masalah sampaikan kepada Ibu atau Ayah nak, jangan seperti ini.â Putra mengerti perkataan Ibunya yang khawatir dengan tindakan dirinya itu. Putra sendiri tidak mengerti kenapa dia berbeda seperti hari sebelumnya. Dan secara kebetulan pendengaran Ibunya baik. ânak?â Panggil Ayahnya lagi. âiii, ii, iyaa yah. A-ak.. akuu memikirkan sesuatu yahâ âapa itu nak? Katakan pada Ayahâ âaku ingin sekolah yah,â dengan berat hati dia menjawab pertanyaan Ayahnya dengan sejujurnya dan tidak disengaja mengeluarkan perkataan seperti itu. Ibu Putra langsung menangis dan memeluk Putra. Sebenarnya Ibunya tidak setuju kalau Putra bersekolah. Karena tidak mempunyai biaya sekolahnya. Dan Ayahnya pun langsung bengong dengan keinginan anaknya yang begitu bersemangat untuk sekolah. âmaafkan Ayah nak? Bukan Ayah tidak memberimu sekolah, tetapi pandanglah Ayah dan Ibu nak? Setiap hari banting tulang mencari kerja, hanya untuk makan. Dan itu pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan harian kita. Tolonglah nak? Mengerti dengan keadaan.â jawab Ayahnya dengan meneteskan air mata karena tidak mampu mendorong anaknya untuk maju. âMana tanggung jawab Ayah menjadi kepala keluarga? Aku bosan jadi anak bukit yah? Aku ingin jadi anak sekolahan seperti dulu yah?â jawab Putra dengan lancang dan sambil menangis menuntut Ayahnya sebagai kepala keluarga. âjika kamu ingin bersekolah silakan nak? Jual semua sapi, babi, ayam, dan burung Ayah, jika itu akan mendukungmu untuk sekolah, Ayah tidak punya uang sedikit pun untuk membekalimu nak. Keesokan harinya. Putra seperti biasa bangun lebih pagi, dan mempersiapkan alat-alat yang akan dibawa ke tempat umum. Namun Putra tidak memiliki rasa kasihan kepada kedua orangtuanya yang sudah bekerja keras, dan kini hasilnya ia bawa semua demi bisa sekolah. Matahari pun mulai terbit. Ayah dan Ibu Putra telah menyiapkan saran pagi, dan sebelum Putra berangkat mereka sekeluarga makan bareng dan saling tersenyum bahagaia walaupun semua miliknya akan habis terjual demi anaknya. Selesai sarapan Ayah dan Ibu mengantarkan Putra ke luar daerah bukit itu yang jauh dari tempat umum. âtra? 1 pesan Ibu padamu, jangan kau jadikan uang foya-foya dari hasil penjualanmu nanti,â âiya bu saya janjiâ sahut Putra. Sesampai di pasar. Sapi dan yang lainnya laku terjual. Dan kini uangnya seperempat diberikan untuk Ibu dan Ayahnya untuk membeli makanan. Namun kedua orangtuanya menolak itu dan diberikan sepenuhnya kepada anaknya agar tidak kekurangan uang di perjalanan nanti. Mereka bertiga berpelukan sambil bersedih akan berpisah. âyah? Jaga Ibu baik-baik! aku akan kembali setelah aku sudah menjadi orang sukses,â âjangan nak! jika kamu sudah gagal, kembalilah ke rumah, Ayah tak kan marah padamu. Pintu rumah selalu terbuka untukmuâ. Mereka pun berpisah, dan Putra menaiki bus untuk menuju ke kota. Di perjalanan Putra berpikir, dengan uang sedikit itu, tidak akan mampu mencukupi kehidupannya di kota. Putra meneteskan air mata dan mengingat Ayah dan Ibunya di rumah yang tak bisa berpisah. Putra menyesal telah menjual semua punya orangtuanya. Dia merenung sambil menangis dengan perpisahan ini. Ayah dan Ibunya pun merasakan hal yang sama seperti Putra. Biasanya setiap hari mendengar alunan seruling yang dimainkan oleh Putra. Dan kini sepi dan sunyi di dalam rumah itu, Ayah dan Ibu Putra berdoa agar Putra berada dalam lindungan tuhan. Belum sampai di kota Putra berhenti di tengah perjalanan, dan menyetop bus untuk kembali pulang. Dia sadar bahwa dirinya tak akan mampu sendiri di tengah kota. Sampai di desanya ia segera kembali ke rumah. Sampai di rumah Putra melihat kedua orangtuanya bersedih karena berpisah dengan anak kesayangannya. âBu? Yah? aku kembali..â suara dari pintu, Ayah dan Ibu Putra pun menoleh ke arah pintu itu, dan dilihatnya Putra yang berdiri dengan raut wajah yang bersedih dan air matanya yang berlinang. Mereka pun kembali berpelukan. âAyah? Ibu? Aku kembali karena aku tak akan sanggup menanggung hidup sendirian di tengah kota. Aku mau menjadi pengusaha di sini saja yah? Bu? aku ingin selalu di dekat Ayah dan Ibuâ kata Putra. Putra mulai membangun pondok dekat sungai yang di kelilingi pohon yang sejuk dan hijau. Selesai membuat pondok itu, Putra meniup serulingnya yang sangat merdu dan ditemani suara air yang mengalir. Kemudian selanjutnya Putra dan Ayahnya membuat kandang yang sangat besar karena akan melakukan jual beli sapi. Satu minggu. Kandang sudah penuh dengan sapi, Putra pergi ke pasar untuk menawarkan sapi yang gemuk dan bersih. Semakin hari semakin banyak yang membeli sapi dan ayam di rumah Putra, kemudian salah satu saudagar sapi ke rumah Putra untuk melihat suasana di perbukitan, ternyata saudagar itu memiliki kesan yang sangat bagus di daerah itu dan mencari suara seruling yang merdu, dan itu adalah Putra. Saudagar itu tertarik dengan pemandangan dan suasana daerah itu, sehingga dia memberikan sumbangan kepada Putra untuk mendirikan sebuah kost kecil. Bukan hanya ternak saja yang dijual oleh keluarga Putra, tetapi juga menjual berbagai tanaman obat, makanan, atau tanaman hias lainnya. Dengan penghasilan yang sedikit demi sedikit. Putra mampu mendirikan sebuah hotel di tepi sungai dan dikerumbuni banyak pepohonan. Setelah hotel itu jadi banyak turis yang berdatangan ke sana, karena sejuk dan tenang. Semua turis meraskan kenyamanan di sana, dan Putra kembali membangun rumah makan dan memperbanyak ruangan tidur untuk para turis, dan pada akhirnya mereka sekeluarga menjadi pengusaha yang sangat kaya. Kini nama Putra sudah tersebar ke seluruh desa dan wilayah. Jadikan kelemahan sebuah kunci utama meraih kesuksesan dan menggapai semua impian atau cita-cita yang diinginkan. Belajar adalah awal meraih impian, dan impian adalah sebuah keyakinan diri sendiri untuk bisa maju dengan sempurna. The End Cerpen Karangan Warddita Facebook Warddita Cerpen Menggapai Cita Cita merupakan cerita pendek karangan Warddita, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Kesakitanku Oleh Ratna Susantyningsih Mata ini panas kembali. Teringat semua yang sudah berlalu. Aku selalu ingat tentang semua yang kau ucapkan padaku. Semua yang telah membuat hati ini menjadi sebuah serpihan, layaknya paku-paku Rara Pengen Masuk SMA Oleh Aurelya Irna Candida Pelajar kelas 9 tentu memikirkan mereka akan melanjutkan sekolah selanjutnya dimana, itu adalah hal wajar. Seperti aku saat ini, aku sedang bimbang antara ke SMA atau ke SMK. Sejujurnya Doa Permohonan Surga Untuk Ibu Oleh Melly Windarti Semua orang duduk bersila menantikan sebuah ceramah, tapi siapa sangka bahwa semua itu hanya dusta. Dari sekian banyak jamaah, ada yang sibuk bicara, ada yang sibuk mengunyah bahkan ada Hatimu Hatiku Oleh Vixia Ariestya Kenalin gue Rama cowok terganteng di Indonesia itu kata nyokap gue. Gue punya saudara kembar yang menjadi saingan kegantengan gue karena mirip. Walau sebenernya lebih ganteng gue dikit. Walau Aku, Gadis Keripik Singkong Oleh Riska Yupitasari âFebi, ini keripiknya sudah siap.â Terdengar suara Ibu memanggilku. Aku pun datang menghampirinya di dapur untuk mengambil keripik yang sudah tersusun rapi di keranjang. âIya, bu. Ya sudah, aku âHai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?â "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Buat kalian yang lagi nyari contoh cerpen tentang cita-cita, saya yakin cerpen tentang mengejar cita-cita dibawah ini akan berguna bagi Anda. Saya katakan berguna, karena cerpen berikut ini memberikan pesan sosial dan motivasi yang cukup berarti. Seperti apa ceritanya? Langsung saja, selamat membaca! Ternyata ke Korea Itu Sangat Murah Nginap di Hotel Tokyo Servisnya Bikin Nyut-nyut! Quebec Bikin Gak Mau Pulang! Cerpen Cita cita Disebuah desa kecil terdapat seorang remaja bernama Adi bukan nama sebenarnya. Adi tumbuh besar bersama bibik dan neneknya. Namun, nenek Adi lah yang banyak berkontribusi dibalik keberlangsungan hidup Adi. Orangtua Adi pergi merantau ke negeri seberang, sehingga ia harus tinggal bersama bibik dan neneknya. Sebagai momongan si nenek dari kecil, nenek Adi sangat peduli terhadap Adi. Nenek tersebut bahkan rela melakukan hal-hal yang belum tentu sangguh di lakukan oleh nenek-nenek lain pada umumnya. Pengorbanan sang nenek untuk Adi memang luar biasa sehingga tidak heran ketika Adi menginjak usia remaja ia sangat memprioritaskan neneknya. Ketika memasuki usia remaja, Ada mencoba untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan skill-nya. Adi memiliki pengetahuan yang cukup di bidang komputer dan manajemen. Adi memiliki obesesi kuat di bidang teknologi, khususnya komputer dan web. Tidak mengherankan jika kemudian remaja ini banyak mengerti tentang aplikasi komputer. Adapun kemampuannya di bidang manajemen diperolehnya dari pola pikirnya sendiri yang cenderung teoritis dan investigatif. Untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kriterianya, Adi telah mengajukan surat lamaran ke sekian banyak perusahaan swasta. Selama proses mendapatkan pekerjaan tersebut, sebenarnya cukup banyak perusahaan yang tertarik dengan Adi. Namun sayang, sebagian darinya tidak sesuai espektasi Adi termasuk gaji yang terlalu rendah sehingga ia memutuskan untuk tidak bergabung di perusahaan-perusahaan tersebut. Cari Loan / Kredit Terbaik? Kredit Mobil Kurang Puas? ACC yang Perlu Kamu Tau! Meskipun jalannya sangat terjal, namun Adi tidak pernah patah semangat. Ia tetap berusaha dengan gigih untuk mendapatkan pekerjaan yang menurutnya layak. Ia pun berusaha untuk menggali lebih banyak informasi lowongan kerja agar bisa menemukan pekerjaan yang ia inginkan. Bermacam sumber informasi ia telusuri, mulai koran, kantor pos, radio, hingga situs web penyedia info lowongan. Pada akhirnya Adi mendapatkan sebuah pekerjaan, sayangnya pekerjaan tersebut berada di luar Jawa. Namun, Adi tetap memutuskan untuk kerja di perusahaan tersebut. Ia pun berangkat dan langsung aktif bekerja disana. Bagi Adi bekerja di perusahaan tersebut sejatinya hanya untuk menimba pengalaman, karena ia merasa bahwa skala perusahaan tersebut tidak mungkin mampu merealisasikan cita-cita Adi yang ingin menjadi pria yang matang baik dari sisi sosial maupun finansial. Setahun bekerja di perusahaan tersebut, Adi akhirnya memutuskan untuk resign secara baik-baik. Adi kemudian pulang kampung sambil memikirkan sederet ide yang ada di otaknya. Selama berada di rumah, perusahaan tempat Adi bekerja sebelumnya sebenarnya mengharapkan Adi untuk kembali. Perusahaan tersebut bahkan bersedia memberi kenaikan gaji secara signifikan, namun demi tetap berada pada track cita-citanya, Adi menolak tawaran dari perusahaan lamanya. Waktu terus berjalan, dan Adi masih belum mendapatkan pekerjaan baru. Namun, tangan, kaki, dan pikiran remaja ini tidak pernah diam. Ia selalu memikirkan tentang sesuatu yang lebih besar â yang lebih bernilai. Dan pada akhirnya skill dan obsesinya di bidang komputer dan web membuatnya memiliki bisnis baru yang bisa ia bangun dengan suka-cita dan sepenuh hati. Ia pun terus menekuni pekerjaannya yang baru itu, dan kini kehidupannya terlihat semakin mapan. Pesan Sosial Jalan manusia tidak pernah sama. Ada yang biasa-biasa saja, ada yang sedikit berliku, dan ada yang sangat terjal. Namun, semua itu hanya bagian dari proses. Sulit tidaknya suatu tantangan sebenarnya sangat bergantung pada tingkat kesiapan orang itu sendiri. Jika kita lemah, takut, apalagi malas, maka semudah apapun jalan kita ia akan selalu terlihat sulit. Cari Loan / Kredit Terbaik? Ternyata Begini Cara Bisa Beli Mobil Materi Asuransi Paling Lengkap
cerpen singkat tentang meraih cita cita